Powered By Blogger

Selasa, 06 Maret 2012

Suratku

Created by : Humaira Fii Hamra

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Wahai calon suamiku..
Apa kabarnya imanmu hari ini ?
Sudahkah harimu ini diawali dengan syukur ?
Syukur kerana dapat kembali menatap fananya hidup ini.
Sudahkah air wudhu menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang saat ini tengah kau genggam ?




Wahai calon suamiku..
Tahukah engkau, Allah sangat mencintaiku dengan dahsyatnya ?
Di sini aku ditempa untuk menjadi dewasa, agar aku lebih bijak menyikapi sebuah kehidupan dan siap mendampingimu kelak. Meskipun kadang keluh dan putus asa menyergapi, namun kini kurasakan diri ini lebih baik.
Kadang aku bertanya-tanya mengapa Allah selalu mengujiku tepat di hatiku, bagian terapuh dari diriku.
Namun kini ku tahu jawabnya…
Allah tahu dimana tempat yang paling tepat agar aku senantiasa kembali mengingatNya, kembali mencintaiNya.
Ujian demi ujian insya Allah membuatku menjadi lebih tangguh, sehingga saat kelak kita bertemu, kau bangga memiliki aku di hatimu.

Wahai Calon suamiku..
Entah dimana dirimu sekarang, tapi aku yakin Allah pun mencintaimu sebagaimana Dia mencintaiku.
Aku yakin Dia kini sedang melatihmu menjadi mujahid yang tangguh, hingga aku pun bangga memilikimu kelak.
Apa yang kuharapkan darimu adalah keshalihan.
Semoga sama halnya dengan dirimu.
Karena apabila kecantikan yang kau harapkan dariku, maka hanya kesia-siaan dan kekecewaan yang akan kau dapati.
Aku masih haus akan ilmu, namun berbekal ilmu yang ada saat ini aku berharap dapat menjadi istri yang mendapat keridhaan Allah dan dirimu, suamiku.

Wahai calon suamiku…
Saat aku masih menjadi asuhan ayah dan bundaku, tak lain doaku agar menjadi anak yang soleha agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya di akhirat kelak.
Namun nanti setelah menjadi istrimu, aku berharap menjadi pendamping yang soleha agar kelak di surga cukup aku yang menjadi bidadarimu dan mendampingimu yang soleh.
Aku ini pencemburu berat, tapi kalau Allah dan Rasulullah lebih kau cintai, aku rela.
Aku harap begitu pula dirimu.
Aku yakin kaulah yang ku perlukan mungkin bukan yang kuharapkan.


Calon suamiku yang dirahmati Allah…
Apabila hanya sebuah gubuk menjadi perahu pernikahan kita, takkan kunamai dengan gubuk derita.
Kerana itulah markas dakwah kita dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta kasih.
Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita, bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yang halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah ta’ala…
Bunga akan indah pada waktunya, yaitu ketika bermekaran menghiasi taman.
Maka kini tengah kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku.
Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik, walaupun bukan umat yang terbaik tapi setidaknya aku menjadi yang terbaik di sisimu kelak.


Aku tiada akan pernah merasa kebebasanku tergugat jika kelak engkau memerintahkanku untuk berhenti bekerja.
Aku merasa bahwa perintahmu itu adalah karna engkau terlalu mencintaiku, sehingga engkau sama sekali tidak rela melihatku bekerja keras demi mencari kekayaan dunia.
Aku tiada akan pernah merasa kebebasanku terpenggal jika kelak engkau memaksaku menutup auratku atau bahkan memaksaku mengenakan cadar sekalipun.
Aku merasa bahwa paksaanmu itu adalah karena engkau begitu mencemburuiku, sehingga engkau tidak akan pernah ikhlas jika lelaki lain memandangi tubuhku dengan tatapan nafsu.

Aku tidak akan pernah merasa kebebasanku terbelenggu jika kelak engkau tidak memperbolehkanku mempekerjakan pembantu dalam rumah tangga kita.
Aku merasa laranganmu itu adalah karena engkau sangat menyayangiku, sehingga engkau tidak ingin aku menyesal dikemudian hari karena aku tidak bisa melihat anak-anak kita tumbuh dalam asuhanku.

Aku tiada akan pernah merasa kebebasanku terhalang jika kelak engkau melarangku untuk bebas keluar rumah tanpa seizinmu.
Aku merasa aturanmu itu adalah karena engkau sangat merindukan dan mengkhawatirkanku, sehingga engkau akan merasa gelisah jika aku tidak berada dirumah.

Aku tiada akan pernah merasa kebebasanku terinjak-injak jika kelak engkau membatasi pergaulanku.
Aku merasa perlakuanmu itu adalah karena engkau terlalu mengasihiku, sehingga engkau tidak ingin melihatku terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang akan mengantarku memasuki pintu neraka.

Ya,, aku akan sangat berterima kasih jika kelak engkau membatasi kebebasanku bukan karena ego-mu, tetapi karena engkau sangat memahami kewajiban dan tanggung jawab yang telah Alloh berikan kepadamu sebagai seorang suami.

Duhai calon suamiku..
Aku bukanlah robot yg tidak akan pernah merasakan letih, kelak bantulah aku dalam mengatur rumah tangga kita, jangan kau limpahkan semua urusan rumah tangga hanya padaku tanpa mau memperdulikan dan mengerti keletihanku.


Calon suamiku..
Inilah sekilas harapan, yang kuukirkan dalam rangkaian kata.
Seperti kata orang “tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata”, itulah yang kini kuhadapi.
Kelak saat kita tengah bersama maka di situlah kau akan memahami diriku, sama halnya dengan diriku yang akan belajar memahamimu.
Bersabarlah calon suamiku, doaku selalu agar Allah memudahkan jalanmu untuk menjemputku sebagai bidadarimu.


Aamiin amin Ya Rabbal Alamin..

Tidak ada komentar: