Powered By Blogger

Jumat, 05 Juni 2015

Sajak Rindu

Untukmu sosok yang masih dirahasiakan Tuhan, saat ini mungkin kita sedang diajarkan mendewasa oleh jarak. Menikmati kilau fatamorgana yang bercampur gradasi warna dunia. Hai, adakah rasa ingin berjumpa untuk sekedar saling sapa? Ah, mungkin saat ini pertemuan hanya menjadi angan - angan yang terlihat maya di antara kita. Aku di sini hanya mampu mengukir sajak rindu berteman hujan. Kamu, entah apa yang sedang kau rasakan di sana, mungkinkah ingat tentang diriku? Atau mungkin tidak ada setitik pun bayangku yang jatuh dalam kotak memorimu. Tak apa, kau hanya perlu melakukan satu hal untukku, berjanjilah untuk baik – baik saja di sana.

Rabu, 03 Juni 2015

Pelukan Terakhir Sahabatku

            
Ribuan pasang kaki berlalu lalang di depanku, beberapa terburu – buru seolah dikejar waktu. Tak terlalu kurisaukan mereka, aku terlalu sibuk dengan pikiran yang berkecamuk.  Kutatap sosok yang sedang duduk membisu di sampingku, lekat dan lama, hingga kutangkap sayu matanya berbalik menatapku. Mata kami bersua penuh arti seolah berbicara, tapi mulut kami terkunci rapat, bibir kami larut dalam diam. Aku memalingkan wajah darinya, menatap kosong lurus ke depan, dapat kulihat dari sudut mataku bahwa Indra masih memandangku.
“Aku tak ingin pergi”, ujarnya singkat.
            Jantungku tersentak dan menoleh ke arahnya, senyum tipis terkembang di wajahku. Ingin bersorak di hadapannya mendengar kalimatnya tadi, namun aku tak boleh egois, kesempatan tak datang dua kali, dan inilah jalan menuju mimpinya meski perasaanku harus terkorbankan. Kutarik napas panjang, dan dengan mantap aku mulai angkat bicara, “Mimpimu sudah di depan mata, jangan kau sia – siakan kesempatan itu”.

Selasa, 02 Juni 2015

Sosok Tertatih


Aku hanya ingin menjadi lilin
Rela terbakar meneranginya
Aku hanya ingin menjadi mentari
Rela bersinar menghangatkannya
              Kini aku tak lagi mampu bersinar
              Kau redupkan sinarku dengan nafasmu
              Cahaya mentariku pun padam
              Tertutup mendung pandanganmu
Aku masih ingin menjagamu
Tapi tidak demikian bagi dirimu
Kau yang membuat langkahku terhenti
Meniti diri mempertahankanmu tetap terpatri
              Kau kejam membunuh sanubari
              Tidak demikian bagi lilinmu
              Tidak belaku di hadapan mentarimu
              Kekejamanmu hanya menghentikannya sejenak
              Beristirahat tertidur tapi tak lelap
Berselimut langit putih kelabu
Dalam hembusan nafas dunia
Menahan terpaan ombak deras keras
Lihatlah, lihat ini duhai cinta
Sesosok jiwa tertatih
Terseok berharap dirimu kembali


Verawati Nur Oktavia Rahayu