Kota industri, selalu dihiasi hiruk pikuk di
setiap pusat bahkan sudut – sudutnya. Polusi udara, suara, mungkin sudah tidak
terhitung jumlahnya. Namun, taukah kamu, bahwa banyak tempat yang indah di kota
ini, bahkan mungkin yang selama ini tak dianggap. Ya, di kota inilah semua
tercipta, riak tawa di antara kita. Tangis haru dalam deru. Tentang sahabat,
cinta, pertemuan, kebersamaan, dan keberpisahan. Juga tentangku, tentangmu,
tentang mereka, tentang kita. Kini, jarak dan waktu sedang mengajarkan kita
untuk terbang bebas, pergi mencari jati diri.
Tapi, layaknya kampung halaman, selalu ada alasan
untuk kembali ke sini. Melepas tumpukan rindu yang dipendam dan tertahan.
Sejauh itukah kita pergi? Mungkin, ditambah kesibukan rutinitas yang seolah
membuat jarak semakin terpisah sangat jauh. Ada beberapa alasan yang membuatku
tetap tinggal, salah satunya mungkin kamu. Ya, kamu yang belum sempat kutemui
secara langsung namun mampu mencuri singgassana rasa kagum di hatiku. Kota Tangerang,
jadi saksi bisu kali pertama aku mengenalmu. Meski saat ini kita belum diberi
kesempatan untuk bersua. Tak apa, aku tetap senang mengingat peristiwa itu.
Pukul 22:05, Kota
Tangerang belum mati. Hati para pemuda masih hidup, menyulap malam menjadi
kerlap kerlip indah bagai surga bagi mereka. Keramaian masih terlihat jelas
karena lampu kota tak pernah lelah menerangi setiap petak gelap. Kendaraan
masih berserakan di sepanjang jalan; ada puluhan angkutan kota yang tak henti
berjalan pada rute-nya; mobil pribadi yang melintas cepat menuju tujuan mereka
masing-masing; hingga sepeda motor yang berjajar di pinggir jalan sementara
pemiliknya bersenang-senang dalam kedai makan. Tak hanya kendaraan yang masih
berlalu-lalang di atas aspal yang kedinginan, tempat makan pun masih terbuka
lebar bagi siapapun yang ingin mengganjal perutnya dengan makanan nikmat nan
hangat. Mulai dari kedai kecil pinggir jalan, cafe-cafe, hingga restaurant
besar. Dan di dalam tempat makan tersebut masih ramai dikunjungi. Ah, gemerlap
ini sangat menggiurkan semua orang.
Namun
sesungguhnya tidak bagiku, seorang wanita yang kini masih sibuk dengan melodi,
bait lagu, gitar dan secangkir kopi panas. Semua komponen ini sedang menyatu
dalam diriku, mengayun pelan di jiwa, hanya berdua aku dan musikku. Oh, tidak rupanya, ada
satu lagi yang sedari tadi berkawan denganku, hampir saja terlupa. Gerimis. Detik demi
detikku sejak senja tadi ditemani oleh gemericik butiran air lembut yang turun
bergerombol dan menerpa dedaunan. Perlahan lama-kelamaan melengkungkan setiap
petak tanah, dan tak lupa juga meneduhkan jalanan luas. Sebenarnya, gumpalan
awan abu-abu –yang tercipta dari proses panjang kondensasi dan sebagainya– agak
membuat jengkel sang bintang –yang energinya belum juga habis terpakai untuk
menerangi seluruh jagat raya– karena sinarnya sulit untuk menghangatkan dunia
selama hujan rintik ini, bahkan dapat dikatakan berjuang melewati celah harapan
di antara partikel ion negatif yang aktif bertabrakan dan menyebabkan
terjadinya petir-petir halus. Sang langit terdiam tanpa protes sedikit pun,
karena ia tahu Penciptanya menyelipkan rezeki di setiap bunyi air hujan yang
jatuh di permukaan bumi ini.
Sama seperti langit, aku pun kini tenggelam dalam
petikan gitar yang nampaknya mulai berantakan. Hah, aku benci suasana seperti
ini, menikmati hobi dalam keadaan hati sedang dilanda rindu. Jangan tanyakan
kepada siapa, sudah pasti kamu. Bodoh, bagaimana tidak, aku masih saja
merindukan sosokmu yang sama sekali belum pernah kutemui. Hanya mampu kulihat
lewat benda berbentuk persegi dengan resolusi beberapa megapiksel. Hai kamu,
tidakkah kau merasakan hal yang sama di sana? Tidakkah kau ingin segera pulang
ke kota ini? Adakah kesempatan untuk kita bertemu, berbagi keluh kesah dan
canda tawa, meski selama ini bisa kita lakukan via layar segi empat. Jujur, terkadang
aku heran mengapa bisa jatuh hati kepadamu. Tapi ini bukan cinta dunia maya,
kubantah mereka yang beralasan bahwa ini hanya cinta sementara. Sudah ratusan
kali rasanya kita mencoba bertemu, hanya saja mungkin Tuhan belum menghendaki. Apakah
kita tak jodoh? Lagi dan lagi, tak apa jika memang kita tak dibersamakan, aku
tak menyesal mencintaimu. Mencintaimu tak pernah salah di mataku, kamu pantas
untuk dicintai. Ya, meski aku hanya mampu mencinta dalam diam, menuangkan
cerita tentangmu dalam bait lagu dan tulisan yang kubuat.
Prek.
Bunyi apa itu? Ya Tuhan, cangkir kopi di atas meja
tersenggol sikuku dan seluruh isinya tumpah mengalir ke arah pinggir meja dan
mengotori bajuku. Dengan cepat ku bersihkan bajuku dari noda kopi –walaupun
tidak hilang sepenuhnya– dan membereskan seadanya bekas tumpahan kopi yang ada
di atas meja dengan sapu tanganku. Lengkap sudah, aku menyerah dengan suasana
ini. Oh Tuhan, akankah semua ini membaik
untuk satu detik saja? Tak bisakah hati ini berhenti merindu untuk satu kali
saja? Air mata dari kelopak mataku tak bisa tertahankan, merobohkan benteng
kekuatan hatiku, mengalir deras di antara kepedihan hatiku. Aku bangkit dari
tempat duduk, menarik napas panjang dan membuangnya dengan desahan berat. Hah,
aku berjalan setengah sadar mendekati jendela, memandangi langit yang gelap
dipenuhi dengan gemuruh angin. Suasana hatiku berkecamuk, persis seperti angin
yang berhembus kencang di luar sana. “Hey kau, angin. Bisakah kau berhenti
bertingkah di luar sana, huh? Aku
sudah muak dengan semua ini!” Seketika gerimis menjadi bertambah deras menelan
suaraku dalam kepedihan yang pekat.
Jarak, terkadang kita harus beranjak pergi dan
membuat jarak. Agar kita tahu seberapa jauh kita melangkah dari dekapan orang –
orang terkasih. Sedalam apa kita dirindukan oleh mereka. Sekuat apa rasa yang
pernah tercipta sebelumnya. Sebesar apa kita diharapkan untuk tetap tinggal dan
kembali pulang. Kamu, semoga katamu benar, bahwa jarak tak akan memisahkan
kita. Ada pertanyaan spesial nanti bila
kita berjumpa. Pernah merasakan jatuh cinta? Sebuah perasaan yang tiba-tiba
datang tanpa diminta. Tidak kenal keadaan, frasa jika-maka atau sebab-akibat,
atau bahkan korbannya. Sebuah perasaan yang dapat menyebabkan kehidupan
seseorang berubah menjadi abnormal positif atau mungkin negatif. Sebuah
perasaan yang punya energi tersendiri, yang terkadang sulit untuk dikendalikan.
Sebuah perasaan yang dapat memberikan sugesti, “sudah tahu akan sakit nantinya
tetapi tetap ingin dirasakan”. Sebuah perasaan yang luar biasa bila dimiliki
dengan penuh ketulusan. Ya, jatuh cinta itu sebuah perasaan yang punya beribu
definisi, tak cukup diungkapkan oleh rangkaian ribuan huruf sekalipun. Walau
mungkin sulit untuk dijabarkan maknanya, jatuh cinta dapat dikenali melalui
gerak-gerik korbannya yang disebabkan oleh efek samping dari jatuh cinta itu
sendiri. Aku, jatuh cinta pada sosokmu, dan kini aku merindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar