Hai kamu, iya kamu yang nun jauh di sana, yang tak terjangkau
pandangan mataku. Apa kabar? Sudah tersenyumkah hari ini? Mengapa belum?
Ayolah, tersenyum dengan manis, kepada jarak yang menjaga, kepada rindu
yang menikam, kepada embun yang menyambut pagi, kepada batara surya
yang membuka lentera dunia, dan kepada mimpi - mimpi yang siap kau
genggam.
Mengapa diam?
Kau
takut? Ah, jangan ragu, jangan takut. Kau tak tersenyum sendiri, cobalah
menoleh, ada aku, di sini. Aku yang selalu menanti senyummu di setiap
harinya, yang selalu menunggu sapaan ceriamu pada dunia, aku yang meski
terpisah jarak denganmu namun jatuh cinta pada tawamu.
Senyummu
belum lepas. Ada apa lagi? Belum terasa keberadaanku? Baiklah, aku akan
bergerak melangkah, mendekat ke arahmu. Kau tahu, tak mudah membuat
jarak di antara kita semakin dekat. Maka dari itu, cepatlah datang,
jemput aku untuk berada di sisimu. Percayalah, aku ada, masih dan terus
akan tetap di sini, menunggumu, menanti senyummu.
Akhirnya,
senyummu merekah, bahkan ada selipan tawa renyah yang terdengar.
Hangat, senyum yang hangat untuk warna dunia. Membuat simfoni hidup
mengalun indah bak mozart yang piawai oleh seorang seniman. Tetaplah
begitu, kumohon, tetaplah tersenyum. Sampai kapan? Sampai nanti, rentang
waktu yang tak bisa kita jelaskan. Entah kapan dan di mana, dalam
kondisi apa dan bagaimana, tetaplah tersenyum.
Vera
Pengagum Senyummu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar