Powered By Blogger

Rabu, 03 Juni 2015

Pelukan Terakhir Sahabatku

            
Ribuan pasang kaki berlalu lalang di depanku, beberapa terburu – buru seolah dikejar waktu. Tak terlalu kurisaukan mereka, aku terlalu sibuk dengan pikiran yang berkecamuk.  Kutatap sosok yang sedang duduk membisu di sampingku, lekat dan lama, hingga kutangkap sayu matanya berbalik menatapku. Mata kami bersua penuh arti seolah berbicara, tapi mulut kami terkunci rapat, bibir kami larut dalam diam. Aku memalingkan wajah darinya, menatap kosong lurus ke depan, dapat kulihat dari sudut mataku bahwa Indra masih memandangku.
“Aku tak ingin pergi”, ujarnya singkat.
            Jantungku tersentak dan menoleh ke arahnya, senyum tipis terkembang di wajahku. Ingin bersorak di hadapannya mendengar kalimatnya tadi, namun aku tak boleh egois, kesempatan tak datang dua kali, dan inilah jalan menuju mimpinya meski perasaanku harus terkorbankan. Kutarik napas panjang, dan dengan mantap aku mulai angkat bicara, “Mimpimu sudah di depan mata, jangan kau sia – siakan kesempatan itu”.

“Aku masih ingin di sini, menjaga dan mewarnai harimu, setidaknya dua atau tiga tahun lagi”.
            Aku tersenyum, “Kita masih di bawah cakrawala dan berpijak di bumi yang sama, sejauh apapun kau melangkahkan kaki, kau masih tetap bisa menjagaku”.
“Mengertilah, tak semudah itu aku beranjak dan bukan hanya jarak yang menjadi pertimbangan”.
            Sepertinya ada yang disembunyikannya, mungkin tak sanggup diutarakan. Aku tak memaksa untuk mengetahui rahasia hatinya, hanya dukungan yang mampu meyakinkannya untuk tetap melangkah. Kuraih dan kugenggam erat tangannya, “Apapun yang mengganjal di hatimu, tak usah kau hiraukan. Percayalah, kita tak akan selamanya berpisah. Tuhan akan mempertemukan kita kembali di waktu dan tempat yang tepat. Pergilah, kumohon padamu tak perlu khawatirkan aku, kejarlah mimpimu. Jika kau tak mau melakukannya untuk dirimu, lakukanlah untukku dan keluargamu”.
            “Baiklah Vhe, sebelum berangkat izinkan aku memelukmu sekali ini”.
            Tanpa menunggu jawaban dia menarikku dalam pelukannya. Erat, seolah tak ingin terlepaskan hingga aku pun tak kuasa menahan air mata yang sedari tadi sudah ingin tumpah. Kami sama – sama menyadari bahwa berat untuk menghadapi perpisahan ini, namun aku tak ingin jadi penghalang untuk masa depannya. Biarlah langkahnya ringan meraih cita – cita di Negeri Kanguru, dan aku akan tetap di sini, menantinya kembali. Masih dalam pelukannya, Indra membisikkan sebuah lagu untukku. Suaranya serak dan berat, namun sangat jelas terdengar bait demi bait alunan lagu “Cinta dalam Hati” milik band Ungu terurai dari lidahnya. Dilepaskan pelukannya dan beranjak melangkah pergi. Kutatap sosoknya yang semakin menjauh dari jangkauan mataku dan hanya tersisa bayangannya dalam benakku.

            Tiga tahun kepergiannya, kudengar kabar memilukan. Jarak Indonesia – Australia kini harus membentang lebih jauh, sahabat terbaik telah pergi selamanya meninggalkanku. Penyakit kanker tulang yang selama ini disembunyikan dariku telah merenggutnya. Kini Indra telah tiada, dia telah berada dalam pelukan Tuhan. Bagaimana denganku? Terpukul, menyesal, sedih, kehilangan, TIDAK!!! Lebih dari itu yang aku rasakan, butuh waktu yang sangat lama untuk  menyembuhkan hatiku atau bahkan sama sekali tak dapat terobati. Hanya ada satu cara yang bisa dilakukan, IKHLAS, hanya itu yang menguatkanku untuk tetap menjalani hidup. Bagiku, mungkin inilah jalan terbaik yang telah tertulis untuk kami berdua. Kuharap Tuhan mempertemukan dan menyatukan kami kembali, di tempat yang sangat indah, di Surga-Nya nanti.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

tulisannya bagus banget vhe
diangkat dr kisah nyata :')

semoga indra bahagia disana

Anonim mengatakan...

tulisannya bagus banget vhe
diangkat dr kisah nyata :')

semoga indra bahagia disana

Verawati Nur Oktavia Rahayu mengatakan...

hehehe makasih gin, udah mau mampir dan ninggalin jejak di blog usang ku.
makasih juga atas komen positifnya.
aamiin yaa Robbal 'alamiin, Allah selalu menyayangi Indra lebih dari siapa pun :)