Selasa, 02 Juni 2015
Sosok Tertatih
Aku hanya ingin menjadi lilin
Rela terbakar meneranginya
Aku hanya ingin menjadi mentari
Rela bersinar menghangatkannya
Kini aku tak lagi mampu bersinar
Kau redupkan sinarku dengan nafasmu
Cahaya mentariku pun padam
Tertutup mendung pandanganmu
Aku masih ingin menjagamu
Tapi tidak demikian bagi dirimu
Kau yang membuat langkahku terhenti
Meniti diri mempertahankanmu tetap terpatri
Kau kejam membunuh sanubari
Tidak demikian bagi lilinmu
Tidak belaku di hadapan mentarimu
Kekejamanmu hanya menghentikannya sejenak
Beristirahat tertidur tapi tak lelap
Berselimut langit putih kelabu
Dalam hembusan nafas dunia
Menahan terpaan ombak deras keras
Lihatlah, lihat ini duhai cinta
Sesosok jiwa tertatih
Terseok berharap dirimu kembali
Verawati Nur Oktavia Rahayu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
6 komentar:
kenapa harus lilin, ketika semua orang sudah menggunakan lampu.
engkau bisa bersinar jauh lebih lama dengannya.
engkau tak perlu lagi takut terbakar untuk meneranginya.
dan satu hal lagi. keberadaanmu sangat dibutuhkan ketika malam menjelang.
kenapa harus lilin?
karena aku hanya ingin mencintainya secara sederhana, dengan segala keterbatasan yang aku miliki.
bukan intensitas waktu yang dituju, walau sudah tidak bersamanya, tak apa, aku tetap mencintai secara sederhana saja.
layaknya lilin yang sudah terabaikan, aku tetap tak iri kepada lampu yang kini mulai menemaninya.
selayaknya cinta adalah mengikhlaskan, demi kebahagiaan yang dicinta tanpa harus takut terbakar dan lenyap dari memorinya.
Good
Sungguh indah puisimu. 😃 terbaru yha
hehehe thank you.
emmm, hasil keisengan itu, corat coret :p
puisi vhe
"bunda dari keluarga hepfam"
ya ampun, jadi manggil aku vhe juga gin -_-"
hahahaha bunda nya mesti banget diekspos di sini gin??
Posting Komentar